Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno

Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno


Banyak pebisnis yang menggunakan media sosial telah mempelajari dan menganut prinsip yang sama, yaitu tentang "Content is a King" (konten adalah raja). Berbekal prinsip ini, para pebisnis di media sosial tengah berlomba-lomba membuat konten sebaik mungkin sesuai dengan apa yang disukai audiens. Bahkan banyak yang rela mengeluarkan banyak biaya demi menciptakan konten yang dapat memukau audiensnya. Tapi benarkah konten menjadi raja dalam melakukan kampanye dan pemasaran di media sosial?


Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno!

Konten memang merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan. Bahkan konten yang baik dapat mendatangkan respon. Namun kita seringkali tidak mempedulikan bahwa konten tersebut harus dapat dilihat oleh audiens kita sebelum mereka memberikan responnya.

Sebenarnya, kita telah melupakan atau bahkan tidak mempedulikan hal lain yang bahkan jauh lebih penting tentang fungsi media sosial itu sendiri. Salah satunya adalah menciptakan dan menjalin hubungan dengan pengguna media sosial lainnya. Hubungan itu sendiri merupakan komunikasi dua arah atau lebih yang dapat mendatangkan respon dari pengguna media sosial lainnya. Jadi..

Seperti apapun kontennya, kuncinya adalah bagaimana jumlah audiens dapat melihat dan memberikan responnya.

Faktor-faktor yang lebih penting dari konten:


Relasi di Media Sosial


Ini bukan hubungan tentang seberapa banyak jumlah fans atau followers kita di media sosial. Tapi hubungan pertemanan yang benar-benar mengenal dan saling berkomunikasi, termasuk saling berbagi informasi di media sosial. Mereka yang menjadi teman di media sosial adalah mereka yang loyal sebagai audiens kita dan memberikan responnya secara positif. Bahkan mereka dapat membantu kita membagikan konten kita kepada teman-temannya lagi.

Contohnya adalah yang terjadi dalam bisnis di media sosial seperti gambar di bawah ini.

Perbedaan Content is a King dengan Relations is more Important

Kekuatan suatu hubungan dapat sangat berpengaruh dalam penyebaran konten. Bahkan ketika konten yang sangat burukpun dapat memiliki feedback yang sangat besar dari audiensnya. Maka tidak heran bila banyak orang menganggap bahwa harga pertemanan sangat mahal.

Popularitas Akun

Percayakah kita bila artis seperti Raffi Ahmad yang hanya mengatakan "Oh" di media sosialnya dapat mendatangkan ratusan atau bahkan ribuan feedback dari audiensnya? Lalu bagaimana dengan kita yang sudah susah payah membuat konten video berkualitas tinggi dengan konsep dan cerita menarik? Berapa feedback yang kita dapatkan? Yup, itulah pengaruh popularitas akun.

Setiap akun media sosial memiliki peringkatnya masing-masing atau yang kita kenal sebagai popularitas akun. Akun yang populer memiliki nilai jangkauan audiens yang luas dan pastinya dapat mendatangkan respon yang begitu banyak. Popularitas akun sendiri dapat jauh lebih bernilai dibandingkan konten terbaik sekalipun.

Contohnya adalah yang terjadi dalam bisnis di media sosial seperti gambar di bawah ini.

Perbedaan Content is a King dengan Popular is more Important

Akun yang populer yang hanya mengandalkan teks tanpa gambar ataupun video dapat menggapai audiens yang jauh lebih banyak dibandingkan akun yang tidak populer meskipun dengan konten terbaik sekalipun.

Popularitas Brand Offline

Popularitas tidak hanya berasal dari media sosial. Popularitas juga dibangun dari luar media sosial. Banyak akun atau brand populer yang memang sudah populer bahkan ketika mereka belum memiliki akun media sosial.

Jika kita mencari akun artis terkenal seperti Raffi Ahmad, Luna Maya, Ariel Noah dan lain sebagainya, maka kita akan menemukan banyak akun dengan nama yang sama. Tentunya hanya 1 atau beberapa akun yang benar-benar asli digunakan artis tersebut.

Uniknya, akun asli atau palsu, rata-rata memiliki jumlah fans / followers / subscribers yang sangat banyak. Ini merupakan bukti bahwa nama akun atau brand tersebut memang sudah lebih dulu terkenal.

Ada banyak akun populer ganda di media sosial. Bahkan tidak sedikit pihak selain pemilik sebenarnya yang memafaatkan akun yang populer tersebut demi kepentingannya sendiri. Karena memiliki banyak audiens, maka tidak sedikit yang menggunakannya untuk melakukan berbagai tindak penipuan mengatasnamakan akun populer tersebut. Jika sudah begitu, maka audiensnya yang memang harus cermat dalam menilai konten.

Kesimpulannya, brand yang tidak cukup kuat dalam media sosial akan sangat sulit 'mendongkrak' kontennya meskipun dibuat sangat sempurna.

Tapi, Bagaimana Jika Konten dapat Menjadi Viral?
Masih banyak penggiat media sosial dengan konsep "Content is a King" bertujuan menjadikan konten yang dibuat dapat menjadi viral. Bahkan ketika akun yang tidak populer sekalipun dapat menjadi populer ketika konten yang dibuat menjadi viral.

Namun pertanyaannya adalah..

Seberapa viral konten viral?
Seberapa lama konten viral bertahan?
Apakah konten viral dapat berpengaruh pada konten lainnya?

Semuanya diulas di sini.

Jadi, popularitas Brand masih lebih penting?

Popularitas brand dapat jauh lebih penting dibandingkan kualitas konten. Namun popularitas akun terkenal sekalipun juga dapat hancur dengan mudah karena konten yang buruk.

Contohnya ketika akun dengan popularitas yang tinggi dapat hancur dengan mudah ketika konten yang dibuat menyakiti perasaan atau dianggap memiliki dampak buruk bagi audiensnya. Meskipun dapat secara cepat meningkatkan popularitasnya karena banyaknya audiens yang memberikan feedback negatif, namun perlahan akun tersebut akan ditinggalkan oleh audiensnya.

Membuat konten memang tidak semudah ketika melakukan satu klik untuk mempublikasikannya di media sosial. Namun membangun brand di media sosial tidaklah semudah kita membuat konten. Agar antara konten dan brand dapat berjalan seiringan, kita perlu mempelajari Cara Membangun Brand di Media Sosial.



Kesimpulannya?
Kualitas konten memang sangat penting di media sosial, namun konten bukanlah raja yang harus menjadi prioritas kita. Karena bagaimanapun, jika konten tidak dapat menggapai banyak audiens, maka konten dengan kualitas terbaikpun tidak dapat mendatangkan banyak feedback.

Tidak harus berasal dari konten, berbagai macam faktor dapat menentukan tingginya nilai jangkauan konten terhadap audiens.

Be Smart, Be Wish

Sony Swangga
Praktisi Humas dan Kampanye Digital