Berbisnis dengan Cara Hard Sell atau Soft Sell? Ini Tips dan Triknya

Berbisnis dengan Cara Hard Sell atau Soft Sell? Ini Tips dan Triknya

Hard Sell dan Soft Sell. Kita sering mendengar istilah seperti itu di berbagai kegiatan pemasaran. Tapi apa yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut? Bagaimana hard sell atau soft sell dapat memiliki pengaruh besar dalam kegiatan pemasaran?

Berbisnis dengan Cara Hard Sell atau Soft Sell? Ini Tips dan Triknya




Sebelumnya memulainya, kita harus mengenal lebih dalam tentang Hard sell dan Soft sell.


Hard sell

Hard sell adalah teknik pemasaran yang biasa dikenal dengan istilah "keras", "agresif", dan cenderung "memaksa". Kita sering melihat berbagai pemasaran dengan cara hard sell di berbagai tempat atau berbagai media. Hard sell mengarahkan calon pelanggan untuk segera membeli produk kita sebelum masa berlaku benefitnya habis. Pesan yang terdapat dalam hard sell pada umumnya seperti "diskon", "potongan harga", "beli 1 gratis 1", "beli sekarang sebelum harga naik", dan lain sebagainya. Kegiatan pemasaran tipe hard sell ini sering kita temui pada waktu-waktu tertentu seperti saat menjelang hari raya keagamaan, libur nasional, dan momen lainnya.

Kebanyakan hard sell bertujuan meningkatkan jumlah penjualan. Meskipun demikian, dampak dari pemasaran hard sell tidak dapat berlangsung selamanya. Hal ini sering dijumpai di perusahaan-perusahaan di Indonesia yang banyak menekankan pada target penjualan.


Soft sell

Berbeda dengan hard sell, soft sell yang lebih "halus" mentargetkan calon pelanggannya. Soft sell lebih mengarahkan calon pelanggannya untuk mengingat suatu produk atau brand atau perusahaan kita. Soft sell tidak memberikan kesan "belilah", namun cukup hanya "ingatlah". Soft sell juga bertujuan untuk menyentuh hati calon pelanggan. Jika pesan soft sell kita berhasil menyentuh hati pelanggan, maka selanjutnya daya ingat merekalah yang akan mengingatkan mereka terhadap produk atau brand atau perusahaan kita.

Hanya soal waktu kapan calon pelanggan kita akan merasa membutuhkan, mereka akan membeli produk kita. Semakin kuat pesan soft sell yang diberikan, maka semakin cepat calon pelanggan kita akan membeli atau membeli produk kita. Dan yang terbaik setelah itu adalah, pelanggan kita akan merekomendasikan produk kita kepada orang lain, hingga pada tingkatan yang lebih tinggi, mereka sudah tidak peduli lagi dengan masalah harga jual yang kita tawarkan.

Baik Hard sell maupun soft sell, keduanya memiliki keunggulan serta kelemahan masing-masing. Kita tidak dapat langsung memutuskan secara terburu-buru. Kebanyakan orang langsung menggunakan hard sell sebagai teknik pemasaran. Sayangnya, bagi kita yang baru memulai bisnis cenderung tidak mengenal pasar kita tanpa berpikir panjang menerapkan pesan yang menjelaskan bahwa produk yang kita tawarkan harganya sangat "murah" dibandingkan produk lainnya. Padahal, tidak semua orang mengenal produk atau brand kita. Maka hasilnya akan menciptakan keraguan bagi calon pelanggan kita. Hal tersebut merupakan hal yang normal bagi setiap orang yang menginginkan penjualan produk yang banyak dan cepat.


Sebaliknya jika kita menggunakan strategi soft sell sebagai teknik awal berbisnis dengan terburu-buru, kita hanya akan menghabiskan banyak modal tanpa adanya penjualan. Sehingga kemungkinan terburuknya, kita akan cepat mengalami kebangkrutan. Lalu, bagaimana cara kita memulainya dengan efektif tanpa dampak negatif bagi bisnis kita?






smartbisnis.co.id