Facebook

My Blog

Latest blog

Siapa yang tidak setuju jika bisa berbisnis dapat dilakukan kapanpun, dimanapun, dan bagi siapapun. Cara ini hanya bisa dilakukan dengan cara online. Yup, berbekal koneksi internet dan gadget sudah bisa melakukannya.

Baca juga:
Fenomena STARBox, Senjata Baru untuk UKM Indonesia Hadapi MEA

Masalahnya, kebanyakan pebisnis mengawalinya dengan terburu-buru. Mulai dari konsep dan tujuan, hingga cara memaknai media sosial. Berikut Kesalahan Fatal Pebisnis Pemula di Media Sosial:

1. Tidak Terkonsep dan Tidak Terstruktur

Kebanyakan pebisnis pemula di media sosial termotivasi dengan akun-akun lain yang sudah lebih dulu sukses. Sayangnya mereka hanya mencontoh yang terlihat dari akun-akun tersebut tanpa tahu kenyataan dibalik kesuksesannya.

Kebanyakan mereka juga menggunakan konsep dan menyusun rencana berdasarkan contoh-contoh yang biasa dilakukan orang berbisnis di media sosial. Maka tidak heran jika kita sering berjumpa dengan penjual di media sosial dengan pola dan taktik yang sama.

Padahal, tidak semua calon pembeli di media sosial "mempan" dengan cara yang sama.

2. Menambah Fans atau Followers Sebagai Tujuan Awal

Kebanyakan pebisnis memulainya dengan memperbanyak fans atau followers. Jumlah fans atau  followers dianggap dapat mempengaruhi kredibilitas pemilik akun.

Mensiasati hal tersebut, kebanyakan pebisnis pemula tanpa ragu "membeli" fans atau followers agar dapat segera bersaing dengan akun bisnis lain yang sudah lama ada dengan jumlah fans atau followers yang jumlahnya sudah cukup banyak.

Punya banyak fans atau followers dalam waktu singkat. Salah? Tidak juga.

Sayangnya kebanyakan orang hanya menghamburkan uang dengan membeli fans atau followers yang tidak jelas asal usulnya. Belum lagi kebanyakan akun-akun yang dibeli tersebut merupakan akun tidak aktif yang tidak memberikan respon terhadap konten kita.

Contohnya, akun bisnis yang memiliki jumlah fans atau followers sebanyak 100.000 hanya mendapatkan komentar sebanyak 10 orang pada konten. Pasti terlihat aneh.

Padahal, fans atau followers itu adalah calon pembeli, mengapa harus membeli mereka yang tidak akan membeli?

Jadi, lupakan soal jumlah fans atau followers demi kredibilitas akun. Mari memulainya dengan komunikasi yang baik dengan audiens.

Karena setiap komunikasi yang baik dengan fans atau followers dapat dilihat oleh akun-akun lainnya. Sehingga lebih dapat meningkatkan kredibilitas akun dibandingkan jumlah fans atau followers yang hanya bisa terdiam.

3. Fokus pada "Konten adalah Raja"

Hampir setiap orang yang setiap harinya menggunakan media sosial untuk bisnis selalu berusaha keras membuat kontennya terlihat menarik dan dapat mendatangkan perhatian dan repon dari audiensnya. Bahkan bagi mereka yang sudah sekian lama mempelajari internet marketing juga mengadopsi konsep ini.

Sayangnya kebanyakan mereka hanya fokus terhadap bagaimana membuat konten yang dapat menarik minat audiensnya. Kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa menciptakan hubungan demi mencapai popularitas bisnis jauh lebih baik dibandingkan konten yang indah sekalipun.

Contohnya:
Akun populer yang hanya berupa konten sederhana mendapatkan ratusan komentar. Sedangkan akun (tidak populer) dengan berbagai konten atraktif hanya mendapatkan puluhan komentar.

Populer memang bisa di dapatkan dari konten, karena konten dapat menciptakan kesan dan dapat diingat audiens. Tapi menjalin hubungan dengan audiens jauh lebih baik.

Lebih lengkap:
Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno!

4. Berusaha Menjadi Viral

Siapa yang tidak suka jika bisnisnya menjadi perbincangan banyak orang. Sayangnya, popularitas yang ingin didapatkan para pebisnis pemula hanya dianggap berasal dari konten yang viral.

Tidak semua yang viral memiliki makna positif. Tidak semua yang viral dibuat secara sengaja (alami). Dan yang terpenting, tidak semua yang viral berlangsung selamanya.

Jadi, membuat bisnis menjadi viral dengan makna yang positif saja sudah sangat sulit. Dan menjadi lebih sulit lagi ketika mempertahankannya.

Lebih lengkap:
Fenomena Konten Viral di Media Sosial

5. Bisnis Online TIDAK Selamanya Harus Online

Ada kalanya ketika audiens merasa sangat puas ketika dapat berjumpa langsung dengan penjual bisnis atau mengunjungi langsung ke tempat si penjual.

Meet and Greet menjadi sangat penting bagi audiens yang berinteraksi dengan akun penjual, baik bagi mereka yang sudah lama atau baru mengenal akun penjual.

Hubungan khusus antara penjual dan pembeli yang tidak didapat hanya dengan menatap konten foto atau video dapat menjadikan kesan yang mendalam bagi calon pembeli.

Sayangnya, kebanyakan pebisnis pemula menganggap kalau konsep tersebut hanya membuang waktu dan modal. Padahal, pebisnis pemula yang baru menjajakan dagangan di media sosial sangat minim kepercayaan.

Banyaknya tren permintaan cash on delivery (COD) sebagai cara bertransaksi adalah salah satu yang sering dijumpai oleh pebisnis pemula di media sosial.

6. Konten yang Membosankan

Kebanyakan pebisnis pemula hanya ingin produknya terjual, sehingga semua konten hanya tentang foto produk, harga, penawaran dan kontak penjual sehingga memenuhi isi akun.

Lalu, apa yang membedakannya dengan berjualan di situs jual beli online?

Padahal, masih banyak topik untuk konten yang dapat dibuat berdasarkan tren atau momen, atau menyajikan produk dengan kemasan konten yang berbeda.

Sayangnya, pebisnis pemula lebih mengutamakan hasil penjualan dibandingkan eksplorasi tentang cara menjual.

7. Tanpa Analisis dan Kesalahpahaman Analisis

Ibarat berlayar kelautan, kebanyakan pebisnis pemula hanya membutuhkan perahu. Tidak peduli apakah mereka menggunakan dayung, layar, atau mesin. Mereka bahkan tidak memerlukan kompas.

Contohnya, mereka tidak peduli interaksi atau reaksi audiensnya seperti apa. Mereka juga tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan posting konten.

Di lain soal, kebanyakan dari mereka mendapatkan hasil analisis bukan dari akun sendiri, melainkan dari hasil analisis luar.

Misalnya, tren analisis oleh pakar media sosial menunjukkan kalau audiens tengah online pada pukul 12.00 hingga 13.00, waktu yang tepat untuk melakukan posting. Kenyataannya, analisis tersebut bukanlah didapat dari fans atau followers kita, melainkan dari akun-akun lain yang dianalisis oleh pakar tersebut. Sehingga hasilnya bisa berbeda dan dapat berubah sewaktu-waktu.

Jadi, setiap akun memiliki hasil analisis yang berbeda-beda. Jika ingin menganalisis, mulailah dengan akun yang dikelola.

Menganalisis langsung dari alat seperti facebook insights atau twitter analytics lebih dari cukup.

Lebih lengkap:
Mengenal Reach dalam Social Media, Pentingkah?
dan
Fitur Analisis Konten dalam Social Media

8. Menggunakan Media Sosial tapi TIDAK Bersosial

Kebanyakan akun bisnis hanya berorientasi terhadap transaksi jual beli, penawaran, diskon, tanya jawab seputar produk atau jasanya. Jika di luar hal yang berkaitan dengan bisnis pribadinya, mereka tidak peduli.

Misalnya, akun bisnis ingin terlihat "besar" dengan jumlah followers yang banyak dan following yang sedikit. Perbandingan followers dan following bisa 1:100.000 atau lebih. Ada banyak akun bisnis yang memiliki brand terkenal menerapkan konsep ini. Dan ini normal.

Namun jika sebagai pebisnis pemula menerapkan konsep ini, kesan audiens yang diharapkan justru sebaliknya. Ego seperti itu menjadi kesalahan fatal bagi pebisnis pemula.

Di media sosial, hal ini seperti memiliki kesan negatif tentang pemilik atau pengelola akun yang mencari teman. Tapi kenyataannya tidak ingin berteman. Berharap mendapatkan banyak followers, tapi tidak ingin mem-follow.

9. Komunikatif yang Responsif

Membangun brand di media sosial memang tidaklah mudah. Popularitas akun juga membutuhkan proses yang tidak mudah.

Sayangnya, keinginan memiliki banyak calon pembeli tidak diimbangi dengan respon cepat dengan pesan yang tepat.

Ini seperti penjual yang ingin didatangi banyak calon pembeli, tapi ketika pembeli datang tidak tahu harus bicara apa atau melakukan apa.

Hal ini dinilai wajar ketika pebisnis pemula hanya fokus dengan membuat konten, menambahkan jumlah followers, dan menganalisa. Tapi tidak siap menghadapi pelanggan.

10. Merasa Bisnis Sudah Besar

Banyaknya pelanggan yang melakukan pemesanan dan memberikan testimoni positif seringkali menjadikan pebisnis pemula berpikir untuk fokus terhadap interaksi yang dianggap penting saja.

Mereka hanya akan memprioritaskan fans atau followers yang memang sudah ingin melakukan pemesanan, transaksi dan memberikan testimoni. Sedangkan perlakuan yang beda didapatkan oleh fans atau followers yang masih bertanya-tanya, tawar menawar, atau yang bersifat keluhan.

Kesimpulan

Media sosial merupakan alat berhubungan sosial dengan banyak orang melalui jaringan internet. Tanpa merubah makna, pebisnis yang menggunakan media sosial sebagai alat pemasaran sebaiknya juga memahami fungsi dan makna media sosial itu sendiri.


(***)


Oleh:
Praktisi Humas & Pemasaran Digital

Ketika suatu topik sedang tren di media sosial biasanya diawali dengan konten yang dapat menyita perhatian banyak orang.

Dan ketika konten tersebut menjadi viral di salah satu jaringan media sosial, maka semakin besar kemungkinan konten tersebut juga menyebar di media sosial lainnya, bahkan masuk di berbagai media massa.

Melihat begitu besarnya jangkauan yang dihasilkan dengan adanya konten yang menjadi viral, maka tak sedikit penggiat mediat sosial ingin menjadikan kontennya menjadi viral.

Terutama mereka yang dengan konsep "Content is a King" berlomba-lomba menciptakan konten viral demi meningkatkan popularitasnya.



Siapapun dapat terkenal apabila konten yang dibuatnya telah menjadi viral.

Bahkan ketika akun yang tidak populer sekalipun dapat menjadi populer ketika konten yang dibuatnya menjadi viral. Namun yang menjadi pertanyaan adalah:


Seberapa viral konten viral?

Jika berbicara soal konten viral, tentunya kita akan bicara tentang seberapa besar konten tersebut dapat menarik perhatian audiens.

Mulai dari skala kecil seperti viral yang hanya di satu kelompok atau komunitas saja, atau viral yang benar-benar viral di berbagai segmen dan demografi audiens.

Berdasarkan Jangkauan Audiens

Konten dapat menjadi viral ketika dinilai dari segi kekuatan konten yang dapat memberikan kesan mendalam kepada audiensnya. Konten yang kuat memiliki kesamaan pamahaman antara pembuat konten dengan audiensnya, sehingga dapat dengan mudah menyebar ke banyak orang. Namun akan semakin menghilang kekuatannya ketika semakin jauh tersebar.


Berdasarkan Pemahaman Audiens Terhadap Konten


Kekuatan Multimedia


Jadi, seberapa viral konten viral? Semua tergantung tentang pemahaman audiens.

Mulai dari mereka yang sangat memahami tentang konten karena adanya hubungan kedekatan dengan si pembuat atau penyebar konten, hingga audiens yang sekedar ikut-ikutan menjadi bagian dalam proses viralnya suatu konten, hingga bentuk penyebarannya.

Namun jika audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami, tidak tertarik atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Seberapa lama konten viral dapat bertahan?

Kita sering menjadi bagian dari konten viral di media sosial, namun berapa lama perhatian kita tertuju pada konten viral tersebut? Sama artinya dengan audiens yang menjadi target penyebarannya tidak memahami atau bahkan tidak peduli dengan konten tersebut, maka saat itu pula penyebaran konten akan terhenti.

Konten Viral juga dapat berhenti apabila para audiensnya sudah tidak peduli lagi dengan konten tersebut. Beberapa diantaranya seperti karena rasa bosan, atau karena adanya konten viral lainnya.

Contoh viral yang 'hilang' begitu saja:


Game Pokemon Go yang dibuat selama bertahun-tahun dengan sangat "sempurna" dan menjadi viral di seluruh dunia, terlupakan begitu saja setelah beberapa bulan.

Apakah konten viral dapat berpengaruh pada konten lainnya?

Banyak pembuat konten mampu menjadikan kontennya viral. Namun sayangnya mereka tidak berhasil menjadikan viral pada konten yang dibuat berikutnya.

Hal ini dinilai wajar bila kebanyakan konten yang menjadi viral hanya memiliki kesan unik bagi audiensnya, namun tidak memiliki kesan yang mendalam pada konten lainnya.

Si pembuat konten viral seringkali tidak menyadari bahwa kontennya akan menjadi viral, sehingga tidak memiliki rencana untuk menjadikan viral pada pembuatan konten berikutnya.

Ada pula yang berusaha keras membuat kontennya menjadi viral dengan berusaha memahami audiensnya, namun tidak juga terjadi viral pada kontennya.


Viral Terjadi Secara Alami

Banyak yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang menjadi viral terjadi karena "ketidaksengajaan", atau dengan kata lain tidak dapat diprediksi.

Bahkan kita akan sulit mengetahui apakah kita menjadi bagian dari audiens pertama sebelum konten menjadi viral.

Selain itu, ada pula yang membuat kesimpulan atau bahkan tentang cara membuat konten menjadi viral.

Melakukan berbagai macam 'trik' seperti menghabiskan biaya demi meningkatkan jangkauan audiens menjadi lebih besar lagi.

Beberapa diantaranya adalah dengan memasang iklan di media sosial, membayar buzzer, menggunakan banyak akun dan membahas konten yang sama, hingga menggunakan jasa trending topik dan lain sebagainya.

Baca juga:
Fenomena Bisnis Trending Topic di Twitter

Contohnya tentang segala sesuatu yang sedang tren di twitter. Penggunaan jasa trending topik bukan hal yang baru lagi.

Butuh ratusan atau ribuan tweet agar dapat masuk dalam daftar trending topik.

Penyedia jasa menyiapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan, seperti salah satunya dengan menggunakan banyak akun yang hanya dijalankan beberapa orang saja.

Seperti jika kita ketahui saat ini, kebanyakan dari akun tersebut merupakan BOT, atau akun yang tidak memiliki profil sebenarnya seperti pada akun pada umunya.

Akun-akun tersebut bertugas menjadikan viral tentang topik atau konten di media sosial dengan cara penggiringan opini kepada audiensnya bahwa, "topik xxx sedang tren di twitter. Banyak yang membicarakan topik itu".

Baca juga:
Kebohongan Kampanye Politik di Social Media

Sayangnya, menciptakan tren tidak semudah yang kita bayangkan dan rencanakan.

Bahkan artis terkenal yang memiliki banyak fans juga tidak semudah itu membuat kontennya menjadi viral meskipun di kalangan fansnya sendiri.

Ups, viral dengan dampak seperti yang diharapkan oleh si pembuat konten maksudnya.

Namun berbeda jika publik figur melakukan hal aneh seperti berlari keliling kota tanpa pakaian, tentunya peluang menjadi viral akan besar.


Bad News is Good News atau Unik dan Disukai?

Masih banyak orang yang tanpa sadar menyukai berbagai informasi yang bersifat atau berdampak buruk bagi atau tentang mereka dan orang lain.

Berita buruk akan lebih mudah diingat dan menyebar dengan cepat. Selain itu, berita buruk dapat turut serta mempengaruhi audiens lebih cepat dan mudah dalam memberikan responnya.

Selain itu, dampak berita buruk juga dapat bertahan dalam ingatan audiens lebih lama.

Sedangkan segala sesuatu yang unik dan disukai memiliki makna yang lebih positif. Meskipun dapat dengan cepat merangsang audiens untuk memberikan responnya, sayangnya konten yang unik dan disukai kurang dapat bertahan lama dalam ingatan audiensnya.

Bahkan ketika audiens mendapat kesan yang mendalam tentang konten tersebut, peluang untuk menjadikannya ingin menyebarluaskan konten tersebut tidaklah besar.

Hal ini karena rata-rata respon yang diberikan audiens terhadap konten yang unik dan disukai kebanyakan tidak lebih dari hanya memuaskan rasa penasaran bagi para audiensnya.


Viral adalah Bagian dari Fenomena

Dianggap fenomena karena viral sendiri tidak dapat diprediksi dan dan dibuat secara disengaja, bahkan ketika pembuat dan penyebar kontennya sudah dengan rencana sempurna sekalipun.

Selain itu, viral juga dipengaruhi dengan perilaku audiensnya, serta peristiwa yang sedang terjadi.


Kita tidak akan pernah dapat memprediksi konten apa yang akan menjadi viral, kapan suatu konten akan menjadi viral, dan kapan akan berhenti menjadi viral.

Di tengah banyaknya konten yang menjadi viral di media sosial, semuanya memiliki respon yang berbeda-beda bagi tiap audiensnya.

Namun seperti apapun respon audiens terhadap konten yang viral sebaiknya memiliki dampak positif bagi setiap audiensnya, atau setidaknya dapat menghibur audiensnya.


So..

Be Smart, Be Wish



Sony Swangga

Praktisi Humas dan Kampanye Digital


Banyak pebisnis yang menggunakan media sosial telah mempelajari dan menganut prinsip yang sama, yaitu tentang "Content is a King" (konten adalah raja). Berbekal prinsip ini, para pebisnis di media sosial tengah berlomba-lomba membuat konten sebaik mungkin sesuai dengan apa yang disukai audiens. Bahkan banyak yang rela mengeluarkan banyak biaya demi menciptakan konten yang dapat memukau audiensnya. Tapi benarkah konten menjadi raja dalam melakukan kampanye dan pemasaran di media sosial?


Konten adalah Raja di Media Sosial? Itu Kuno!

Konten memang merupakan komponen utama yang perlu diperhatikan. Bahkan konten yang baik dapat mendatangkan respon. Namun kita seringkali tidak mempedulikan bahwa konten tersebut harus dapat dilihat oleh audiens kita sebelum mereka memberikan responnya.

Sebenarnya, kita telah melupakan atau bahkan tidak mempedulikan hal lain yang bahkan jauh lebih penting tentang fungsi media sosial itu sendiri. Salah satunya adalah menciptakan dan menjalin hubungan dengan pengguna media sosial lainnya. Hubungan itu sendiri merupakan komunikasi dua arah atau lebih yang dapat mendatangkan respon dari pengguna media sosial lainnya. Jadi..

Seperti apapun kontennya, kuncinya adalah bagaimana jumlah audiens dapat melihat dan memberikan responnya.

Faktor-faktor yang lebih penting dari konten:


Relasi di Media Sosial


Ini bukan hubungan tentang seberapa banyak jumlah fans atau followers kita di media sosial. Tapi hubungan pertemanan yang benar-benar mengenal dan saling berkomunikasi, termasuk saling berbagi informasi di media sosial. Mereka yang menjadi teman di media sosial adalah mereka yang loyal sebagai audiens kita dan memberikan responnya secara positif. Bahkan mereka dapat membantu kita membagikan konten kita kepada teman-temannya lagi.

Contohnya adalah yang terjadi dalam bisnis di media sosial seperti gambar di bawah ini.

Perbedaan Content is a King dengan Relations is more Important

Kekuatan suatu hubungan dapat sangat berpengaruh dalam penyebaran konten. Bahkan ketika konten yang sangat burukpun dapat memiliki feedback yang sangat besar dari audiensnya. Maka tidak heran bila banyak orang menganggap bahwa harga pertemanan sangat mahal.

Popularitas Akun

Percayakah kita bila artis seperti Raffi Ahmad yang hanya mengatakan "Oh" di media sosialnya dapat mendatangkan ratusan atau bahkan ribuan feedback dari audiensnya? Lalu bagaimana dengan kita yang sudah susah payah membuat konten video berkualitas tinggi dengan konsep dan cerita menarik? Berapa feedback yang kita dapatkan? Yup, itulah pengaruh popularitas akun.

Setiap akun media sosial memiliki peringkatnya masing-masing atau yang kita kenal sebagai popularitas akun. Akun yang populer memiliki nilai jangkauan audiens yang luas dan pastinya dapat mendatangkan respon yang begitu banyak. Popularitas akun sendiri dapat jauh lebih bernilai dibandingkan konten terbaik sekalipun.

Contohnya adalah yang terjadi dalam bisnis di media sosial seperti gambar di bawah ini.

Perbedaan Content is a King dengan Popular is more Important

Akun yang populer yang hanya mengandalkan teks tanpa gambar ataupun video dapat menggapai audiens yang jauh lebih banyak dibandingkan akun yang tidak populer meskipun dengan konten terbaik sekalipun.

Popularitas Brand Offline

Popularitas tidak hanya berasal dari media sosial. Popularitas juga dibangun dari luar media sosial. Banyak akun atau brand populer yang memang sudah populer bahkan ketika mereka belum memiliki akun media sosial.

Jika kita mencari akun artis terkenal seperti Raffi Ahmad, Luna Maya, Ariel Noah dan lain sebagainya, maka kita akan menemukan banyak akun dengan nama yang sama. Tentunya hanya 1 atau beberapa akun yang benar-benar asli digunakan artis tersebut.

Uniknya, akun asli atau palsu, rata-rata memiliki jumlah fans / followers / subscribers yang sangat banyak. Ini merupakan bukti bahwa nama akun atau brand tersebut memang sudah lebih dulu terkenal.

Ada banyak akun populer ganda di media sosial. Bahkan tidak sedikit pihak selain pemilik sebenarnya yang memafaatkan akun yang populer tersebut demi kepentingannya sendiri. Karena memiliki banyak audiens, maka tidak sedikit yang menggunakannya untuk melakukan berbagai tindak penipuan mengatasnamakan akun populer tersebut. Jika sudah begitu, maka audiensnya yang memang harus cermat dalam menilai konten.

Kesimpulannya, brand yang tidak cukup kuat dalam media sosial akan sangat sulit 'mendongkrak' kontennya meskipun dibuat sangat sempurna.

Tapi, Bagaimana Jika Konten dapat Menjadi Viral?
Masih banyak penggiat media sosial dengan konsep "Content is a King" bertujuan menjadikan konten yang dibuat dapat menjadi viral. Bahkan ketika akun yang tidak populer sekalipun dapat menjadi populer ketika konten yang dibuat menjadi viral.

Namun pertanyaannya adalah..

Seberapa viral konten viral?
Seberapa lama konten viral bertahan?
Apakah konten viral dapat berpengaruh pada konten lainnya?

Semuanya diulas di sini.

Jadi, popularitas Brand masih lebih penting?

Popularitas brand dapat jauh lebih penting dibandingkan kualitas konten. Namun popularitas akun terkenal sekalipun juga dapat hancur dengan mudah karena konten yang buruk.

Contohnya ketika akun dengan popularitas yang tinggi dapat hancur dengan mudah ketika konten yang dibuat menyakiti perasaan atau dianggap memiliki dampak buruk bagi audiensnya. Meskipun dapat secara cepat meningkatkan popularitasnya karena banyaknya audiens yang memberikan feedback negatif, namun perlahan akun tersebut akan ditinggalkan oleh audiensnya.

Membuat konten memang tidak semudah ketika melakukan satu klik untuk mempublikasikannya di media sosial. Namun membangun brand di media sosial tidaklah semudah kita membuat konten. Agar antara konten dan brand dapat berjalan seiringan, kita perlu mempelajari Cara Membangun Brand di Media Sosial.



Kesimpulannya?
Kualitas konten memang sangat penting di media sosial, namun konten bukanlah raja yang harus menjadi prioritas kita. Karena bagaimanapun, jika konten tidak dapat menggapai banyak audiens, maka konten dengan kualitas terbaikpun tidak dapat mendatangkan banyak feedback.

Tidak harus berasal dari konten, berbagai macam faktor dapat menentukan tingginya nilai jangkauan konten terhadap audiens.

Be Smart, Be Wish

Sony Swangga
Praktisi Humas dan Kampanye Digital


Facebook merupakan salah satu media sosial popular kategori social network yang saat ini penggunanya terus meningkat. Selain sebagai menjalin hubungan pertemanan di dunia maya, facebook juga dapat digunakan sebagai wadah popularitas seorang publik figur, membuat dan membangun komunitas, hingga berbisnis dengan menggunakan fitur fanpage dalam facebook.

Baca juga:

Mulai dari artis, olahragawan, hingga tokoh politik kini telah memiliki fanpage demi membina hubungan dengan banyak pengguna facebook yang "mengidolakannya". Lalu siapa saja publik figur dengan fanpage terbaik?

Catatan penting:
  1. Artikel ini tidak memiliki kepentingan apapun termasuk mengiklankan fanpage tertentu.
  2. Hasil yang ditampilkan berasal dari situs sosial media monitoring and analisis www.fanpagekarma.com (Fanpage Karma) asal Berlin, Jerman.
  3. Segala hasil yang ditampilkan bukan ditentukan berdasarkan survey maupun observasi yang dilakukan individu maupun instansi, melainkan berasal dari metriks analisis dari Application Programming Interface (API) yang dimiliki oleh Fanpage Karma.
Berikut adalah 20 Publik Figur dengan Fanpage Terbaik di Indonesia versi Fanpage karma:

20 Fanpage Figur dengan Fans Terbanyak

Fans merupakan bagian penting bagi fanpage itu sendiri. Contohnya jika kita menyukai suatu fanpage dan melakukan klik pada tombol Like, maka kita sudah menjadi fans dari fanpage tersebut. Berikut adalah 20 fanpage publik figur dengan fans terbanyak asal Indonesia:

20 Fanpage figur dengan fans terbanyak

Jika kita melihat 20 Fanpage figur dengan fans terbanyak, kita dapat melihat bahwa 5 urutan teratas dimiliki oleh pemain sepak bola Christiano Ronaldo hingga Wayne Rooney. Selain pemain sepak bola, tidak lupa juga sederet artis dalam negeri dan mancanegara maupun motivator terkenal Mario Teguh. Selain itu juga terdapat fanpage tokoh politik seperti Prabowo Subianto di urutan ke 11 dengan dan Presiden Joko Widodo pada urutan ke 20.

20 Fanpage Figur dengan Engagement Terbanyak

Engagement merupakan bentuk feedback di media sosial. Fanpage dengan Engagement memiliki arti bahwa konten yang diposting mendapatkan banyak feedback dari fansnya. 


Memiliki makna negatif ataupun positif,itu tergantung darimana kita melihatnya. Fange Karma menghitungnya berdasarkan kalkulasi jumlah Likes, Comment dan Share per hari dari jumlah fans yang dimiliki. Berikut adalah 20 Fanpage figur dengan engagement terbanyak dari fans Indonesia:

20 Fanpage figur dengan engagement terbanyak

Sahabat JR Saragih menjadi fanpage dengan engagement terbanyak. Fanpage ini khusus dibuat oleh Bupati Simalungun periode 2016-2021. Selain itu, Sandiaga Salahuddin Uno juga termasuk daftar fanpage dengan engagement terbanyak pada urutan ke 10. Jangan lupakan fanpage artis Indonesia Raffi Ahmad yang cukup populer di facebook. Ada juga figur yang cukup fenomenal di dunia facebook Jonru yang sempat berkali-kali menjadi tren.

20 Fanpage Figur yang Terus Berkembang

Setelah mengetahui siapa pemilik peringkat engagement tertinggi publik figur, Fanpage Karma juga menilai suatu fanpage dengan nilai pertumbuhan yang terus meningkat selama 28 hari terakhir dari jumlah fans yang terus bertambah. Jika data ini dibuat pada 5 Agustus 2016, maka inilah hasilnya:

20 Fanpage figur dengan perkembangan terbaik

Pada urutan pertama dan kedua memang tidak banyak dikenal secara umum, namun fanpage tersebut memiliki jumlah pertumbuhan fans yang cukup signifikan. Selain itu Sandiaga Salahuddin Uno kembali hadir menempati daftar fanpage terbaik dengan jumlah fans yang terus bertambah selama 28 hari terakhir pada urutan ke 4. Ada juga seorang entrepreneur Alex P Chandra yang sukses meningkatkan jumlah fansnnya pada urutan ke 6.

Ada juga tokoh politik Luhut Binsar Pandjaitan yang berada pada urutan ke 11. Mantan Bupati Bantaeng Prof. Nurdin Abdullah berada pada urutan ke 17. 

20 Fanpage Figur dengan Performansi Terbaik

Performansi dalam fanpage merupakan indikator penting kekuatan fanpage itu sendiri. Performansi atau biasa dikenal sebagai Page Performance Index (PPI) merupakan kalkulasi dari jumlah engagement dan pertumbuhan fans. Dengan kata lain, inilah yang menentukan siapa publik figur pemilik fanpage terbaik di Indonesia periode Juli 2016.

20 Publik figur yang memiliki fanpage dengan performansi terbaik antara lain:

20 Fanpage figur dengan permormansi terbaik
Pada urutan pertama terdapat Jonru disusul oleh Sandiaga Salahuddin Uno di urutan ke 2. Selanjutnya diikuti oleh Prof. Nurdin Abdullah dan publik figur lainnya dari kalangan artis, entrepreneur, hingga politik.

Demikianlah 20 Publik Figur dengan Fanpage Terbaik di Indonesia dari Fanpage Karma selama 28 hari terakhir hingga tulisan ini dibuat pada 7 Agustus 2016.

Maka kembali disampaikan bahwa artikel ini tidak memiliki kepentingan apapun termasuk mengiklankan fanpage tertentu.

Segala hasil yang ditampilkan bukan ditentukan berdasarkan survey maupun observasi yang dilakukan individu maupun instansi, melainkan berasal dari metriks analisis dari Application Programming Interface (API) yang dimiliki oleh Fanpage Karma.

Baca juga:

100 Fan Page Terbaik Asal Indonesia dengan Jumlah Fans Fantastis, Siapa Saja Mereka?

***

Ditulis oleh:
Sony Swangga
Praktisi Humas, Media Sosial dan Pemasaran Digital

Tips Berbisnis Menggunakan Facebook

Berbisnis menggunakan social media bukan merupakan hal yang baru bagi kebanyakan orang. Salah satunya berbisnis menggunakan facebook. Berdasarkan survey pada 


Tips Lengkap Memulai Bisnis Menggunakan Facebook

Perbanyak teman di Facebook

Fungsi dasar social media adalah kita dapat terhubung dengan banyak orang kapanpun dan dimanapun melalui situs jejaring sosial. Sama halnya dengan berbisnis. Pelanggan pertama kita adalah orang terdekat dengan kita.

Jadi, ketika kita ingin memulai bisnis di social media, hal pertama yang kita perlukan adalah memiliki teman. Semakin banyak teman yang kita miliki, maka semakin besar peluang bisnis kita akan maju. Jadi, ayo perbanyak teman.


Analisis Kompetitor di Facebook

Seperti halnya berjualan di dunia nyata, selain pelanggan, kita juga akan dihadapkan dengan kompetitor. Kita bukanlah yang pertama berbisnis menggunakan facebook, dan bisa jadi jenis usaha atau jenis produk kita sudah ada sebelumnya di facebook, atau mungkin sudah ada banyak.

Tapi jangan berpikir bahwa bisnis yang ada kompetitornya akan terasa semakin sulit. Kita dapat mempelajari banyak dari kompetitor yang sudah lebih dulu menggunakan facebook. Itu hal menariknya.

Membuat Fanpage

Dalam dunia bisnis, Fanpage adalah salah satu fitur dalam facebook yang sangat penting seperti halnya toko di dunia nyata. Jika salah satu faktor terbesar dekorasi toko mempengaruhi minat pengunjung untuk masum ke toko kita, maka tampilan fanpage juga harus kita 'rias' dengan sangat baik agar fans kita juga berminat untuk sering mengunjungi fanpage kita.

Cara Membuat Fanpage Facebook

Masuk halaman facebook

Login menggunakan akun pribadi kita yang nantinya akan menjadi admin utama fanpage kita. Selanjutnya..

Pilih Buat Halaman

Pilih menu dropdown di pojok kanan atas dan pilih Buat Halaman. Setelah itu..

Pilih Jenis Fanpage



Pilih jenis fanpage yang akan kita buat. Sesuaikan dengan apa yang menjadi tujuan kita membuat fanpage.

Pilihlah secara bijak, karena facebook akan menjadikan pilihan kita terdaftar dalam situs pencarian yang nantinya akan digunakan calon pelanggan anda, termasuk berpengaruh pada proses selanjutnya.

Sebagai contoh, kategori yang akan kita pilih adalah Tempat atau Bisnis Lokal. Isilah kolom untuk melengkapi identitas dasar fanpage kita.

Sebagai contoh, kita memasukkan nama Digigo sebagai nama bisnis.


Masukkan Kategori, Deskripsi dan Situs Web



Lanjutkan dengan mengisi kategori. Kategori ini berfungsi sebagai tag yang nantinya akan terdaftar dalam pencarian facebook.

Masukkan kategori secukupnya sesuai dengan identitas usaha kita.

Jangan sampai kita mengisinya terlalu berlebihan karena hanya akan mempengaruhi kredibilitas bisnis kita, termasuk mempersulit pencarian bisnis kita pada fitur pencari facebook.

Lalu masukkan alamat website kita (jika punya).

Pada kolom "Pilih alamat web Facebook yang unik agar orang lebih mudah menemukan Halaman Anda", masukkan nama bisnis atau nama brand atau nama produk kita. Kolom ini sangat penting sebagai identitas alamat link fanpage kita.


Memasukkan logo sebagai foto profil fanpage

Gunakan logo bisnis kita atau logo produk kita sebagai foto profil. Jangan gunakan gambar foto produk kita atau bahkan foto kegiatan bisnis kita sebagai foto profil.

Mengatur Fans

Atur pemirsa halaman pilihan. Disini kita bisa mengatur segmentasi calon fans kita berdasarkan lokasi, usia, jenis kelamin, minat, dan bahasa.

Pilihlah yang bena-benar sesuai dengan calon pelanggan bisnis kita. Setelah itu kita akan memasuki tampilan fanpage kita yang 'setengah' jadi. Kita harus melengkapinya di sini.


Memasukkan foto sampul fanpage

Foto sampul dapat berfungsi sebagai banner. Ibarat toko dunia nyata, foto sampul merupakan dekorasi yang akan menarik minat fans kita agar mau berinteraksi di fanpage kita. Langkah selanjutnya, adalah tahap mengundang calon pelanggan.


Mengajak teman untuk bergabung di fanpage


Kita dapat mengundang teman-teman facebook kita untuk mengklik Suka atau Like fanpage kita. Pilihlah yang menurut kita memiliki potensi sebagai pelanggan kita atau pilihlah semua sebagai upaya memperbesar kemungkinan terjaringnya pelanggan kita. 


Tahap selanjutnya, Kita harus membuat Facebook Group / Grup Facebook


Bergabung di Facebook Group

Berbeda dengan fanpage, facebook group memiliki fungsi sebagai hubungan komunitas calon pelanggan.

Disini kita bebas secara langsung mengundang banyak orang dan memposting konten yang langsung dapat dibaca oleh pelanggan kita tanpa mereka harus mengklik suka atau like terlebih dahulu seperti fanpage.

Dalam facebook group tidak hanya kita, setiap orang dapat melakukan penawaran jual beli. Setiap orang dapat memposting sesuatu dengan atau tanpa persetujuan kita sebagai admin.

Lalu, tujuan kita membuat facebook group?


Tujuan bergabung facebook group

Tujuan bergabung facebook group untuk bisnis adalah demi meningkatkan peluang pemasaran yang lebih baik lagi.

Contohnya, facebook group dengan nama Forum Jual Beli Online Jakarta.

Dari namanya kita bisa melihat bahwa facebook group ini merupakan forum jual beli online yang berlokasi atau memiliki anggota grup yang memiliki kegiatan jual beli online di Jakarta.

Jadi, kemungkinan anggota grup tersebut terdiri dari penjual ataupun pembeli yang nantinya dapat kita targetkan sebagai calon pelanggan kita.

Semakin banyak member yang bergabung dalam facebook group, maka semakin besar kemungkinan kita mendapatkan pelanggan.

Selanjutnya, cara membuat konten yang disukai calon pelanggan di facebook.

Kebohongan Politik di Social Media

Kita sering menilai kualitas itu lebih baik daripada kuantitas. Namun faktanya kita lebih menyukai jumlah yang lebih banyak tanpa mempedulikan kualitas yang hanya berjumlah sedikit. Logika ini seringkali digunakan kebanyakan orang dalam menilai sesuatu yang tidak belum pernah diketahui atau dikenal sebelumnya. Contohnya, bayangkan ketika kita sedang merasa lapar dan berada di tempat yang terdapat banyak penjual makanan yang kita belum pernah mendapatkan referensi dan mencoba mencicipi sebelumnya, otak kita seringkali memilih tempat yang paling banyak pengunjungnya. Cara memilih tersebut adalah normal bagi kebanyakan orang. 

Atas dasar pola pikir yang sama, tim sukses (timses) dari calon pemimpin menggunakan kuantitas sebagai senjatanya. Kenapa bisa? Begini cara melakukan kampanye politik di social media yang tidak kita ketahui atau bahkan sering kita abaikan.


Tahap 1

Perbanyak Jumlah Audiens di Social Media

Timses berlomba-lomba memperbanyak fans atau follower. Tidak peduli meskipun yang menjadi fans atau followernya adalah akun palsu (fake audiens) yang sengaja dibuat demi menunjukkan kepada akun asli bahwa calon yang diusung memiliki banyak pendukung. Proses selanjutnya adalah para pemilik akun asli akan percaya sehingga ikut bergabung mendukung calon pemimpin yang diusung oleh timses.

Bagaimana dengan yang tidak langsung percaya? Maka proses yang dilakukan selanjutnya adalah propaganda.


Semakin banyak fans atau followers, real audiens percaya bahwa calon pemimpin memiliki banyak pendukung

Tahap 2

Statement Propaganda

Ini adalah proses dimana sang pemilik rumah memperkenalkan anggota keluarganya. Para audiens yang menjadi tamu dibuat senyaman mungkin agar merasa betah berkunjung. Hal yang dilakukan timses adalah memastikan audiens menerima semua pesan politik agar dapat diterima dan dapat disebarkan ke jumlah audiens yang lebih banyak lagi. Sebenarnya proses ini biasa terjadi bukan hanya pada kampanye politik di sosial media, tapi juga pada kegiatan kampanye produk atau jasa perusahaan. Perbedaannya, propaganda politik di sosial media dibuat lebih sistematis.

Propaganda dimainkan oleh 2 aktor utama yang nantinya akan terbagi lagi dengan beberapa skenario yang berbeda. Aktor yang pertama tentunya adalah admin. Admin bertugas memberikan konten yang nantinya akan direspon oleh audiensnya. Sedangkan aktor yang kedua berperan sebagai fake audiens yang akan memberikan respon dari konten admin ataupun membuat konten sendiri. Meskipun perannya sebagai audiens, namun inilah yang paling 'berbahaya' dalam propaganda politik.

Proganda ini terbagi menjadi 3 skenario yang diperankan oleh fake audiens yang berbeda.

Skenario pertama

Audiens yang berperan sebagai tamu. Sebut saja "si Lugu". Perannya mengambil sisi sebagai orang awam yang tidak tahu figur calon pada awalnya. Tentunya hanya berpura-pura. Si Lugu mengajukan beragam pertanyaan seputar figur calon pemimpin. Segala bentuk pesan si Lugu nantinya akan dilihat oleh real audiens demi menciptakan persepsi bahwa akun atau group atau fanpage admin memiliki kebebasan bertanya dan berpendapat.

Skenario kedua

Audiens yang berperan sebagai tetangga si pemilik rumah. Mereka tentunya mengenal betul dengan si calon pemimpin yang diusung. Sebut saja "si Pintar". Mereka akan menjawab segala pertanyaan si Lugu maupun real audiens dengan bijak. Sayangnya, jumlah mereka tidak banyak. Belum lagi materi yang mereka miliki juga terbatas, sehingga akan sulit jika harus menjawab semua pertanyaan yang mudah maupun kritis dengan jawaban yang memuaskan. Jika sudah begini, saatnya mengandalkan skenario ketiga.
Propaganda fans atau followers palsu mempengaruhi fans atau followers asli

Skenario ketiga

Audiens berperan sebagai akun garis keras. Mereka lebih agresif dalam menangani posting yang dianggap atau berpotensi menjatuhkan calon yang diusung. Sebut saja "si Galak". Mereka menanggapi dengan sinis setiap posting tanpa mempedulikan tanggapan mereka realisitis atau tidak. Meskipun ada real audiens yang netral ataupun dari kubu lawan dengan statement kritis, mereka dapat menanganinya dengan baik. Mereka menggunakan karakter dasar social media dimana statement mereka yang lebih banyak dapat menutup beberapa posting kritis real audiens. Dengan kata lain, kecil kemungkinan statement kritis real audiens dapat dibaca real audiens lain jika posting si Galak jumlahnya lebih banyak. Pada skenario ketiga ini, perannya jauh lebih banyak dan lebih sering dimainkan.
Baik si Lugu, si Pintar maupun si Galak, mereka tetaplah satu kesatuan. Mereka adalah tim yang solid yang siap "berperang" dengan tim milik kubu lawan. Kita juga sangat sulit menyadari yang mana real audiens maupun fake audiens.
Dengan perbandingan 10 : 1 fake audiens menutup statement kritis agar real audiens lain tidak percaya atau bahkan sama sekali tidak pernah tahu adanya statement kritis

Tahap 3

Memperbanyak akun "official"

Pada tahap ini, timses memperbanyak akun resmi yang pada kenyataannya adalah fake juga. Contohnya calon yang diusung bernama Budi yang mencalonkan diri sebagai Presiden. Maka yang akan kita temui adalah akun-akun bernama "Relawan Budi", "Pendukung Budi", "Teman Budi", "Sahabat Budi", "Budi for President", dan lain sebagainya. Terkadang juga menggunakan nominal seperti "100 Juta Rakyat Mendukung Budi", dan lain sebagainya. Semua akun official yang dibuat tentunya sudah terlebih dahulu dihuni oleh ratusan atau bahkan ribuan fake audiens.

Tujuannya memperbanyak akun official ini adalah demi menciptakan persepsi bahwa si Budi memiliki pendukung yang sangat banyak di social media.


Tahap 4

Fake Black Campaign 

Setiap kampanye politik tidak lepas dengan yang namanya black campaign (kampanye hitam). Black campaign pada dasarnya bertujuan untuk menjatuhkan kubu lawan dengan menggunakan berbagai konten yang membuat Kebohongan Politik di Social Media percaya dan membenci target black campain. Namun logika tersebut kemudian sengaja dibalikkan dengan mentargetkan diri sendiri. Ini yang paling berbahaya dari metode black campaign.
Loh, kok? Kenapa harus menyerang diri sendiri? Bukannya malah merugikan? Justru sebaliknya. Timses melakukan black campaign terhadap calon yang diusung dengan tujuan mendapat simpati dari real audiens yang seakan-akan kubu lawan "bermain kotor". 

Beragam isu "murahan" diangkat sebagai tema black campaign dimana kebanyakan orang tidak percaya isu tersebut, bahkan membenci si pembuat isu tersebut. Contoh isu murahan yang seringkali digunakan antara lain adalah isu yang berbau ras maupun agama. Contohnya, timses A membuat isu yang terkesan timses B menyerang timses A, "Jangan pilih pemimpin A yang berdarah Cina, negro dan arab". Pernyataan tersebut kemudian dibantah banyak fake audiens A ( dari pihak yang sama) membela timses A dengan menyebutkan "Jangan pilih pemimpin B karena pemimpin B itu rasis dan suka fitnah". Proses ini kemudian disaksikan oleh real audiens yang simpati kepada timses A dan membenci timses B. Padahal, kenyataannya timses B tidak pernah melakukan tindakan apapun.

Maka jangan heran kalau kita sering menemukan fanatik-fanatik agama dan ras berkeliaran dengan isu murahan yang pasti kita tidak mudah percaya. Kita menganggap kubu yang menjadi black campaign adalah korban yang harus kita bela. Meskipun pada kenyataannya isu kelompok fanatik itu sengaja dibuat oleh si korban. Pada proses akhir, dengan atau tanpa kita sadari, kita akan menjadi si Lugu, si Pintar, atau bahkan si Galak.
Kampanye hitam palsu yang dibuat untuk menciptakan persepsi negatif kubu lawan

Tahap 5

Menggunakan jasa Buzzer

Kita sering melihat bahwa trending topik di twitter seringkali dipenuhi dengan hal-hal yang sebenarnya tidak menarik bagi kita. Kita dapat mengetahui trending palsu tersebut dengan anggapan bahwa "Menjadi tren di twitter bukan berarti menjadi tren di google trend atau social media lainnya". Padahal ketika kita berbicara soal trend, harusnya topik tersebut dapat kita ketahui hampir di semua jejaring sosial. Atau setidaknya, orang-orang di sekitar kita juga mengetahuinya.

Dengan menggunakan jasa buzzer, para timses berlomba-lomba meningkatkan reach demi menarik perhatian real audiens. Namun jika kita terbiasa tidak menggunakan hanya 1 jenis media sosial, maka kita akan lebih mudah mengetahui kenyataan dibandingkan tren yang sengaja dibuat oleh para buzzer ini.


Cara Mengetahui Fake Audiens (Akun Palsu) di Social Media

Cara pertama, mengetahui fake audiens

Lihatlah para pemilik akun yang dianggap palsu dengan cara melihat profilenya. Lihat photo profile dan timelinenya. Umumnya, mereka tidak menggunakan foto asli. Batas timelinenya dimulai dalam periode paling lama 1 tahun. Screenshot profilenya. Kemudian kunjungi profilenya pada 1 bulan kemudian di pada masa kampanye atau setelah pemilihan umum. Apakah profile tersebut masih ada? Dengan nama dan foto yang sama?


Cara kedua, mengetahui fake official account

Sama dengan cara mengetahui fake audiensKita tidak akan pernah tahu kebenaran kampanye politik di sosial media. Seandainya facebook maupun twitter mau membuka data mereka dengan menyebutkan jumlah akun sebelum dan sesudah masa kampanye, kita akan mengetahui peningkatan drastis pada masa kampanye dan penurunan drastis setelah kampanye.

Sisi negatif pasti selalu ada. Dari berbagai kebohongan dan fitnah, kita sering terbawa dalam kampanye mereka. Kita bahkan dapat berselisih dengan orang terdekat kita hanya karena perbedaan pandangan politik.

Sisi Positif?

Tidak semua sisi negatif yang ada dalam kampanye politik di social media. Sisi positifnya, kita masih dapat belajar dari cara-cara kampanye seperti ini. Misalnya, kita dapat melakukannya di kampanye bisnis kita. Meskipun dipenuhi kebohongan juga, setidaknya kita tidak mengadu domba orang banyak.


Ditulis oleh:
Sony Swangga

Praktisi Humas, Social Media dan Pemasaran Digital

Contact Me

Contact With Me

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and type setting industry when an unknown printer took a galley of type

  • 9908B Wakehurst St.Rockaway
  • 990800113322
  • info@domain.com
  • www.yourinfo.com